Halaman

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sebut Saja Namanya Devia


Sebut saja namanya Devia, seorang gadis berusi 21 tahun yang sedang berusaha menemukan berbagai makna atas dirinya sendiri, atas berbagai realitas yang sedang terjadi di sekitarnya.
Dia ada dalam tiga bentuk tatanan (order) yang masing-masing menyerap setiap tindakan mental, dan memberikan pengaruh terhadap dirinya sendiri.

Devia sedang berada dalam tatanan imajiner, dia belum dapat membedakan dirinya dengan individu lain yang ada di sekitarnya. Sederhananya, dia masih sangat menikmati bayangan-bayangan imajiner yang dia ciptakan sendiri. Sebuah bayangan yang membuatnya merasa bahwa segala hal berjalan menyenangkan, termasuk menjadi “pilihan” bagi orang lain. Pada tatanan imajiner ini, Devia merasa segala sesuatu memuaskan, dan bayangan imajiner itu dapat memberikan dan membawa hal-hal menyenangkan dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Devia terlalu terlarut, tanpa menyadari bahwa dia telah terasing dari dirinya sendiri. Dia bahkan tidak mengenal siapa dirinya, karena hanya ada bayangan imajiner dan hal-hal menyenangkan yang dinikmatinya. Dia bahkan tidak mengenal kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri.
Lalu Devia bercermin, dilihatnya bayangan dirinya sendiri pada sekotak pemantul bayangan itu. dia bergerak, melihat ke dalam mata bayangan dirinya sendiri, berusaha menemukan siapa dirinya, berusaha memberikan makna atas tatapan matanya.

Devia, gadis berusia 21 tahun, kemudian berusaha membentuk kesadaran dalam dirinya sendiri, upaya yang dilakukannya untuk menemukan dan memaknakan setiap simbol-simbol yang ada di sekitarnya, bukan lagi sebagai bayangan imajiner yang akan selalu membawa hal-hal menyenangkan. Bukan lagi...
Kesadaran Devia membawanya pada tatanan simbolik, yang menegaskan bahwa, individu lain di luar dirinya bukanlah dia, bukanlah miliknya, bukan bagian yang akan selalu memberikan nyaman dan bahagia. Bukan lagi..

Simbol-simbol di luar diri Devia adalah makna, logika, dan diferensiasi. Makna bahwa Devia adalah dirinya, bukan sekedar bayangan yang dia temukan di cermin, bukan pula “bayangan imajiner” yang telah dia nikmati. Logika, bahwa dia adalah dirinya, manusia seutuhnya yang memiliki pikiran tak terbatas, yang seharusnya mampu menegaskan pada dirinya sendiri bahwa dia bukanlah “pilihan”, yang menegaskan bahwa Dia adalah Dia, dan Dia berbeda dengan individu lain di luar dirinya. Devia adalah dirinya sendiri, gadis berusia 21 tahun dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

Sampai ketika Devia telah menyadari bahwa, tidak ada yang benar-benar real sekalipun dalam tatanan dunia nyata. Setiap individu membutuhkan bayangan imajiner yang dia ciptakan sendiri untuk berhadapan dengan dunia nyata.

Tapi Devia hanyalah seorang gadis berusia 21 tahun. Dia hanya ingin menikmati, bukan lagi menikmati bayangan imajiner yang menjadikannya pilihan. Tapi menikmati Imaji-imaji lainnya selama 21 tahun hidupnya sebagai individu yang utuh, yang berusaha memaknai berbagai hal yang dia temui, berusaha memaknai berbagai simbol yang menjadikannya sebagai “DEVIA” bukan orang lain, bukan dia, dan bukan pilihan kedua.


Devia adalah contoh dari pemikiran Jacques Lacan tentang pemaknaan subjek dalam 3 tatanan (orderII) yaitu Imajiner, Simbolik, dan Real. Lacan berusaha menjelaskan bahwa individu adalah subjek yang membentuk mekanismenya sendiri untuk menciptaka ideologi atas dirinya sendiri.
Dan saya meminjam nama Devia sekaligus pemikiran Lacan untuk “curhat” hahahaha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar