Halaman

Kamis, 04 Oktober 2012

Pembicaraan...

Fjogur Piano, Sigur Ros


Aku sedang mendengarkan Fjogur Piano dari Sigur Ros, dan mempertemukan kedua kelopak mataku rapat-rapat...

Aku melihat kita sedang duduk di tepian sungai, ada suara kecil gemercik air dari sungai itu. Airnya dingin dan jernih. Kita membasuh wajah kita sambil tersenyum satu sama lain. Lalu kembali duduk di depan tempat berteduh, tepat di sisi sungai sebelah kiri, di bawah pohon ketapang besar, dan ada rumput berbunga kuning di bawahnya.

Udara saat itu sejuk memasuki ruangan paru-paru kita, saat kita asik membicarakan sesuatu yang pernah aku bicarakan dengan seorang yang lain sebelumnya. Kamu mulai bertanya: “Homoseksual itu penyakit atau bukan?” dan aku menjawab spontan tanpa memberi kesempatan pada otakku untuk bekerja. “Iya, kayanya penyakit”. Kamu diam beberapa detik, lalu menghisap sebatang marlboro merah di jari kirimu matamu melihat lurus ke arah depan, embun di kaca matamu sedikit menghalangiku untuk menemukan penglihatanmu. “Gue ngga yakin lu jawab itu penyakit”, katamu pelan. Aku masih bermain bersama dedaunan kering yang gugur di depanku lalu berpikir dan menengok ke arahmu. “Iya, itu bukan penyakit. Sakit itu kan menyiksa orang yang merasa dirinya sakit. Lalu, apa para homoseksual itu merasa tersiksa sama “homoseksualitasnya” yang dicap beberapa orang sebagai penyakit? Kayanya sih engga, jadi, ya bukan penyakit.” Sambil melempar daun kering di rangan kiriku aku berhenti berbicara. Matamu masih melihat lurus ke depan, tersenyum kecil sambil merapihkan kain yang terikat di kepalamu. Pembicaraan kita berakhir di situ.

Mataku terbuka, tapi di telingaku masih ada Sigur Ros. Aku baru saja masuk ke dunia utopisku sendiri. Dan satu-satunya cara agar tidak terkesan menyedihkan adalah menikmatinya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar