Seperti jingga senja kali ini, aku sedang tertunduk lemas, badanku panas, dan air mataku masih meretas pecah di pipi bagian atas. tiba-tiba saja warnamu menyapa "hai" dari balik pohon di tas bukit tepat di seberang balkon belakang rumahku.
aku begitu kegirangan dan bersukacita menyambut datangmu, tadinya ku pikir tak akan kau sapa aku sore ini karena awan begitu tebal, ternyata kamu memang senang membuat kejutan. dan kali ini aku benar-benar terkejut, indah sekali warnamu sore ini, seperti senja yang selalu aku rindukan, yang selalu ingin aku nikmati setiap hari, yang selama ini selalu terlewatkan olehku...
aku mendambamu senja, masih saja kamu berdiam cantik, anggun, dan indah diujung sana.
tapi sayang, perlahan warna emasmu mulai dilenyapkan malam. sebenarnya bukan malam...
aku tau, senja...
kamu tidak pernah benar-benar dilenyapkan malam. mungkin di belahan dunia timur jinggamu sudah menjadi hitam. tapi di bagian dunia sebelah barat, kamu masih bersinar, begitu juga dibagian barat lainnya, dan seterusnya, dan seterusnya...
kamu tidak akan pernah benar-benar lenyap, senja. kecuali hujan menghalangimu. kamu tak akan berdaya melawannya.
kamu tau maksudku? kamu sama seperti cita-cita, tidak pernah benar-benar lenyap, kecuali restu orang tua menghalangimu. dan kali ini aku sama sekali tidak punya daya melawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar